BKPBM Taja Dialog Optimalisasi Pengembangan Pariwisata Yogyakarta

news6492YOGYAKARTA (RiauInfo) - Bila disebut Yogyakarta, ingatan orang langsung tertuju pada kota pendidikan, kota budaya, dan kota pariwisata. Bahkan, antara yang satu dengan yang lain dari ketiga hal ini telah menyatu dengan Yogyakarta. Sehingga, cukup alasan kiranya bila ketiganya menjadi tripilar Yogyakarta. Namun sayangnya, ketika membicarakan obyek wisata di Yogyakarta, hanya Malioboro, Candi Prambanan, dan Candi Borobudur saja yang lekat di ingatan, terutama para pelancong. Padahal obyek wisata yang terdapat di Yogyakarta sangat beragam, tak sekadar tiga obyek wisata di atas. Hal inilah yang disampaikan oleh Kepala Bagian Promosi Baparda D.I. Yogyakarta, Halim, pada dialog “Optimalisasi Pengembangan Pariwisata Yogyakarta” yang diadakan oleh Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM), Sabtu siang (16/8/08). Hadir pada dialog tersebut Nana Kristiana dari Nusantara Travel & Tour, Fuad Asyari dari Tourindo Yogyakarta, Bustanul Arifin dari Bank Mandiri Gejayan, dan para mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). Sebelum dialog dimulai, acara dibuka oleh Pelaksana Harian BKPBM, Hadi Kurniawan, S.H.I., yang mewakili Pemangku Balai, Mahyudin Al Mudra, SH., M.M., yang berhalangan hadir. Dalam sambutannya, Hadi mengatakan bahwa dewasa ini dunia pariwisata telah menjadi lahan subur untuk mendatangkan devisa bagi negara. Secara khusus, Halim memberi apresiasi terhadap aktivitas yang dilakukan oleh BKPBM karena telah memperkenalkan dunia pariwisata Indonesia, termasuk Provinsi D.I. Yogyakarta, ke seluruh dunia. Sebenarnya, menurut Halim, pihak Baparda Provinsi D.I. Yogyakarta telah berupaya menarik wisatawan berkunjung dan tinggal lama di Yogyakarta dengan menggelar berbagai event. Event-event tersebut dimaksudkan sebagai ajang untuk mempromosikan bahwa obyek wisata di Yogyakarta tidak hanya Malioboro, Candi Prambanan, dan Candi Borobudur. Ia mencontohnya, pihak Baparda beberapa waktu lalu telah menggelar event jelajah situs purba Kulonprogo dan jelajah alam gumuk pasir di Bantul. Konon, di dunia ini hanya ditemukan dua lokasi gemuk pasir, salah satunya terdapat di Bantul dan satunya lagi di Meksiko. Sementara itu, pembicara kedua Nana Kristiana, menyarankan supaya pihak Baparda lebih gencar lagi mempromosikan obyek-obyek wisata di Yogyakarta. Misalnya, dengan memberikan CD gratis tentang obyek-obyek wisata Yogyakarta kepada para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Dan, yang tak kalah pentingnya, adalah menggelar event-event pariwisata yang kreatif dan unik. Menanggapi pembicaaraan kedua nara sumber, para peserta mencoba urun rembug untuk mendorong kemajuan pariwisata Yogyakarta. Fuad, misalnya, menyoroti masalah jaminan keamanan dan kenyamanan para wisatawan. Setali tiga uang dengan para pembicara sebelumnya, Bustanul Arifin melihat bahwa pariwisata Yogyakarta sesungguhnya telah dikenal dan punya nama. Salah satu buktinya, adalah betapa sulitnya ia beserta keluarganya mencari tempat penginapan ketika pertama kali tiba di kota pelajar ini. “Kalaupun ada, terpaksa berpindah-pindah”, tukas Arifin yang baru satu bulan bertugas di Yogyakarta. “Tinggal bagaimana mengemas potensi wisata yang ada menjadi satu paket yang menarik”, tambahnya. Setiap pembicara dalam dialog yang dipandu oleh Yuhastina Sinaro, SST.Par. ini menyadari betapa pentingnya promosi wisata melalui dunia maya, sebagaimana telah dilakukan BKPBM melaluiwww.wisatamelayu.com. Halim menegaskan, adalah tanggung jawab kita bersama memajukan pariwisata Yogyakarta. Ada yang mempromosikan melalui internet, event-event, memanggil wartawan asing, dan lain-lain. Untuk itu diperlukan kerjasama yang berkesinambungan dari semua pihak untuk memajukan pariwisata Yogyakarta.(ad/rls)


Berita Lainnya

Index