Syamsurizal tak surut ke belakang, tetap jalan terus. Salah satu persoalan yang dijadikan dalih mereka yang tidak setuju dengan reformasi yang dilakukannya tersebut pada waktu itu, kenang Syamsurizal, mereka takut hasil ujian yang peroleh para pelajar di Bengkalis akan turun. Terutama ketika menghadapi evaluasi belajar yang dilaksanakan secara nasional.
Misalnya, ketika mengikuti ujian nasional yang masih menggunakan sistem close book. Atau ketika mereka melanjutkan pendidikan (misalnya dari SD ke SMP atau dari SMP ke SMA) di tempat lain yang ujiannya tetap menggunakan sistem yang tidak sama dengan di Bengkalis yang telah direformasi itu.
Namun, ketakutan mereka kala itu (kalau boleh dikatakan demikian) sejalan dengan perjalanan perubahan sistem yang dilakukan dan ekternalitas positif yang ditimbulkan terhadap pola belajar para pelajar di daerah ini, ketakutan dimaksud kian hari semakin sirna. Malah sebaliknya, meskipun tidak secara terbuka, mereka justru mengakui kebenaran apa yang dilakukan Syamsurizal itu.
"Lho, yang ingin dibangun melalui perubahan ini adalah supaya pelajar menjadikan membaca sebagai sebuah kebutuhan. Bila seorang pelajar sudah gemar dan banyak yang dibaca, pengetahuannya pasti bertambah. Kalau sudah demikian, dengan cara apapun ujian dilaksanakan, tidak menjadi persoalan. Hal inilah waktu itu belum mereka pahami secara baik dan benar," jelasnya.
Lalu, benarkah apa yang dilakukan Syamsurizal itu demikian? Sejauh ini memang belum ada penelitian tentang dampak dari perubahan tersebut terhadap peningkatan minat baca pelajar di Kabupaten Bengkalis.
Namun, demikian, seperti dituturkan Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Bengkalis, R Simarmata, sejak sistem open book itu diberlakukan, pengunjung perpustakaan meningkat drastis. "Rata-rata sekitar 30 persen. Peningkatan ini lebih besar lagi kalau ada koleksi buku baru. Dan, umumnya yang datang ke perpustakaan adalah para pelajar, baik itu SD, SMP maupun SMA. Peningkatan ini bukan hanya di perpustakaan kabupaten, tapi juga di perpustakaan kecamatan," jelas Simarmata.
Masih menurut Simamarta, saat ini perpustakaan kabupaten di Jalan Hang Tuah yang kini dipimpinnya itu, memiliki koleksi buku sekitar 11.000 eksamplar. Jumlah ini di luar koleksi buku yang dipunyai perpustakaan yang ada di kecamatan-kecamatan.
Untuk mendukung perubahan sistem yang dilakukan Syamsurizal itu (di luar pengadaan buku gratis oleh Disdikpora) maka sejak tahun 2002 Pemkab Bengkalis melalui kantor yang dipimpinnya, kata Simarmata, setiap tahunnya membangun satu perpustakaan di kecamata-kecamatan. Begitu juga dengan penambahan koleksi buku.
Tiap tahun terus ditambah. "Sekarang ini, dari 13 kecamatan yang ada di daerah ini, hanya dua yang belum memiliki perpustakaan. Yaitu Kecamatan Rupat Utara dan Tebing Tinggi Barat. Untuk dua kecamatan ini, pembangunannya pada tahun 2007 ini. Saat ini rata-rata koleksi buku di masing- masing perpustakaan kecamatan yang sudah ada, antara 4.000-5.000 eksemplar," katanya.
Tak hanya itu, Simarmata mengungkapkan pula dampak positif lainnya. Katanya, di perpustakan kabupaten ini, sebelum sistem open book ini diberlakukan di Bengkalis, setiap harinya yang lebih banyak itu pegawainya dibandingkan jumlah pengunjungnya. Namun kini, sebaliknya. Keberadaannya sudah tidak refresentatif lagi.
Untuk itu, selain tetap bakal menambah koleksi buku yang memang menjadi program rutin tahunnya, khususnya buku-buku terbitan terbaru, pada tahun anggaran 2008 mendatang, kata Simarmata, pihaknya juga akan mengusulkan alokasi anggaran buat pembangunan gedung perpustakaan kabupaten yang baru. Gedung lebih refrentatif.
"Mudah-mudahan rencana pembangunan itu dapat direalisasikan," ujar tokoh masyarakat Bengkalis asal Sumatera Utara ini. Tentunya, hal itu disampaikannya dengan nada sangat berharap. Akan tetapi, Simarmata belum bersedia menyebutkan, dimana nantinya lokasi perpustakaan yang juga amat diharapkan masyarakat (terutama para pelajar) dapat dibangun Pemkab Bengkalis tahun 2008 mendatang.
"Perpustakaan yang ada sekarang memang sudah tidak refresentatif lagi," jelas Rima Andriani, siswi kelas 2 IPA 4 SMA Negeri 1 Bengkalis. Ketika ditemui, siswi berlesung pipi yang mengaku tinggal di Gang Al-Kautsar Jalan Pembangunan I Desa Kelapapati ini, bersama beberapa orang temannya, hendak beranjak meninggalkan perpustakaan usai meminjam sejumlah buku buat menyelesaikan tugas dari sekolah. "Untuk buat makalah kelompok," Rima sambil tersenyum manis, menjelaskan tugas dimaksud.(Selesai)
BUPATI BENGKALIS, H SYAMSURIZAL : Open Book: Untuk Menciptakan Generasi Literat (Bagian II-Habis)
Kiki
Senin, 14 Mei 2007 - 08:40:43 WIB
Pilihan Redaksi
IndexSMSI Riau Gelar Workshop ''Publisher Rights'' Bersama Ketua Dewan Pers
Kepala BNPB Pimpin Rakor Penanganan Erupsi Gunung Ruang
Setelah Lebaran, PWI Pusat Kembali Gelar UKW Gratis se-Indonesia
Wow, Tiga Gubernur Riau Pada Masanya Hadir pada Buka Puasa Bersama PWI Riau
Tulis Komentar
IndexBerita Lainnya
Index Artikel
Strategi Pemasaran Produk Perbankan Syariah yang Meningkatkan Minat Generasi Milenial
Selasa, 09 April 2024 - 19:40:27 Wib Artikel
Cegah Stunting, Tim KUKERTA Unri Kampanyekan Gerakan Gemar Membawa Bekal (Gerebek) di Desa Tanjung Belit
Selasa, 15 Agustus 2023 - 00:14:27 Wib Artikel
Mahasiswa KUKERTA Unri Hadirkan Puding Bayam, Inovasi Makanan Pencegah Stunting
Senin, 14 Agustus 2023 - 00:13:57 Wib Artikel