ENZIM BABI MASIH BAHAYA... MUI Riau Cari Vaksin Menginitis Sapi ke Malaysia

PEKANBARU (RiauInfo) - Majlis Ulama Indonesia (MUI) Riau merekomendasikan kepada Departeman Agama (Depag) untuk menelusuri vaksin haji alternatif yang halal dari negara Malaysia. MUI Riau tengah berkonsultasi dengan majelis ulama yang ada di Malaysia serta berbagai pihak terkait lainnya. Malaysia mengklaim memiliki vaksin yang berbahan enzim sapi.
"Ketua MUI Riau Mahdini telah mengatakan kepada saya, bahwa pihaknya akan melakukan konsultasi dengan pihak majelis ulama negara tetangga tersebut. Dimana mereka mengatakan mempunyai vaksin Meningitis yang diproses dengan enzim sapi,"ungkap Kepala Bidang Penyelenggara Haji Zakat dan Wakaf Depertemen Agama (Depag) Provinsi Riau, Drs H Abdul Jalaluddin, Jumat (12/6/09) ini di Pekanbaru. Menurut Jalaluddin, pada menginitis atau vaksin yang digunakan jemaah haji memang terdapat lemak babi. Hal ini dibuktikan setelah dilakukannya penelitian uji laboratorium beberapa waktu lalu. Karena itu, vaksin yang berfungsi sebagai kekebalan tubuh itu diharamkan oleh MUI. Sebagai solusinya, saat ini pihak Depag Riau dan MUI Riau sedang mencari solusi, untuk mencari vaksin alternatif lainnya, yang tidak menggunakan enzim babi. Depag bekerja sama dengan MUI Riau untuk mencari solusi. Dan dalam waktu dekat ini, melakukan konsultasi dengan Majlis Ulama Malaysia tentang kabar adanya pengganti enzim babi. "Jika benar vaksin haji yang digunakan Malaysia tersebut berasal dari sapi, maka kemungkinan besar jemaah haji, khususnya Riau tidak akan memakai vaksin menginitis dari lemak babi tersebut. Ya, jika ada alternatif, maka secara otomatis vaksin yang berasal dari enzim babi tersebut adalah haram digunakan. Kecuali tidak ada pilihan, maka status hukum darurat pada Islam pun berlaku," paparnya. Lebih lanjut dikatakannya, pemberian vaksin pada jemaah haji adalah dua minggu saat keberangkatan atau saat pemeriksaan kesehatan tahap akhir. "Vaksin tersebut diberikan sebulan atau dua minggu sebelum keberangkatan jemaah ke tanah suci. Artinya upaya pencarian vaksin alternatif masih ada kesempatan, tuturnya mengakhiri.(Surya)

Berita Lainnya

Index