Kapuk Hanya Korban Ketamakan

RENGAT (RiauInfo) - Siang itu, Mukhtar Effendi (58) warga desa Kuantan Babu, Kecamatan Rengat Kabupaten Indragiri Hulu (Kab Inhu) tidak menyangka jika semua awan gelap yang menelungkupi kehidupannya berbalik menjadi optimis, kedatangan Indra (nama samaran) Senin, 18 Desember 2006 menguak kembali lembaran hitam nasibnya tepat setahun lalu. 
Demikian lelaki yang akrab disapa Kapuk ini, menuturkan kepada sumber Riau Mandiri bahwa dirinya tidak menyangka, kalau Indra dengan perasaan bersalah secara terang-terangan menyampaikan penyesalan atas pengeroyokan yang dilakukannya bersama beberapa warga desa Kuantan Rabu 5 Oktober 2005 dinihari, hingga membuat Kapuk harus menjalani perawatan intensif selama satu tahun. Berdasarkan pengakuan Indra yang dengan jelas mengungkapkan nama dalang di balik aksi pengeroyokan terhadap dirinya, Kapuk kemudian mengontak seluruh anggota keluarganya meminta pertimbangan untuk meneruskan pengakuan ini kepada jajaran Polres Inhu untuk ditindak-lanjuti. Rencana ini ternyata mendapat dukungan sepenuh dari anggota keluarga, dengan material pengakuan Indra, Kapuk melaporkan dalang pengeroyokan terhadap dirinya tersebut beberapa hari kemudian. Kenyataannya laporan ini mendapat penolakan dari petugas di Polres Inhu dengan berbagai alasan. Beruntung tiga minggu kemudian Bupati Inhu HR Thamsir Rachman bersedia memfasilitasi Kapuk untuk melaporkan tindak pidana tersebut, sehingga jajaran Polres Inhu dengan berat hati menerima juga laporan tersebut, Minggu 14 Januari 2007, melalui STPL No.Pol : STPL/08/I/2007/KSPKyang ditanda-tangani Aiptu Aris Syafrizal. “Saya berharap pihak kepolisian bisa mengungkapkan siapa dalang pengeroyokan dan rencana pembunuhan terhadap saya itu, yang saya butuhkan hanya keadilan,” tegas Kapuk kepada sumber Rmn beberapa waktu lalu. Diakuinya bahwa rencana pembunuhan yang menurut keterangan banyak pihak memang didalangi Kepala Desa Kuantan Babu, Sulaiman (37), hanya dalam persidangan terhadap pelaku yang telah turun vonisnya tersebut sama sekali tidak terungkap, bahkan sepuluh pelaku yang terjerat tindak pidana tersebut telah meninggalkan Lapas Rengat. “Saya dapat pengakuan dari Indra dan kawan-kawannya yang barus saja keluar dari Lapas Rengat,” lanjut Kapuk. Kenapa hal ini tidak terungkap di persidangan beberapa waktu lalu, menurut keterangan Indra dan kawan-kawan, mereka dijanjikan oleh Sulaiman dan Sartin sejumlah uang bagi biaya hidup keluarga masing-masing selama masih dalam tahanan, dan sebidang tanah juga akan diberikan begitu masa tahanannya habis. “Kami tergiur dengan janji-janji tersebut, apalagi menurut perkiraan kami kalau surat tanah tersebut diserahkan kepada kami nantinya, minimal kami punya bekal untuk meneruskan kehidupan bersama keluarga, karena selama ini kami tidak punya tanah untuk bercocok tanam,” ujar Kapuk menirukan ucapan Indra. Ternyata begitu Indra Cs meninggalkan Lapas Rengat, janji yang terlontar pada saat persidangan tidak ada terealisasi sama sekali, keruan saja hal ini membuat Indra sangat kecewa, apalagi melihat kenyataan kondisi kehidupan anak dan istri sepeninggal mereka yang sangat menyedihkan. Keadaan ini membuat mata Indra Cs terbuka, bahwa ada yang tak beres dengan Kepala Desa mereka tersebut, bahkan mantan napi ini mulai menyadari bahwa selama ini masyarakat desa telah diperalat untuk kepentingan Kades dan kroninya tersebut. Bermula dari Lahan Ketegangan antara Kapuk dengan Sulaiman sesungguhnya bermula sejak lelaki asal Taluk Kuantan yang pernah menjadi gembong ninja sawit di sepanjang jalur trans nasional lintas timur ini dipercaya menjadi Kades. Pada waktu itu Kapuk menemukan bahwa Surat Keterangan Tanah (SKT) di kantor Camat Rengat di atas lahan miliknya. “Saya langsung berang, kok berani-beraninya mengeluarkan SKT di atas lahan tanah yang menjadi milik keluarga kami turun-temurun, dan semua orang di Kuantan Babu mengetahui hal itu,” ujar Kapuk. Atas dasar itu, Kapuk terus mengejar Sulaiman dan Sartin yang menanda-tangani lembar SKT tersebut, lalu memperjual belikannya dengan orang lain, sehingga membuat Kapuk da keluarganya uring-uringan. Diduga terdesak dengan keyakinan yang dimiliki Kapuk, Sulaiman mulai merencanakan pembunuhan terhadap Kapuk dengan menggunakan tangan-tangan warga desa yang bisa dibodoh-bodohinya, bahkan Sartin yang notabene kehidupannya selama ini banyak ditopang Kapuk-pun berhasil diajaknya. Hingga dalam berangnya, Kapuk tidak menyadari jika sebagian warga desa Kuantan Baru telah berhasil dirayu Sulaiman dan mengeksekusi lelaki ini hingga cacat, peristiwa yang sama sekali tak disangka Kapuk hingga hari ini. Sekarang Kapuk hanya menunggu hasil penyidikan anggota Polres Inhu yang diduga juga setengah hati mengurus perkara ini, karena berdasarkan pengakuan beberapa saksi mata bahwa rencana pembunuhan ini ternyata juga telah diketahui beberapa anggota Polres Inhu termasuk diantaranya beberapa perwira.

Berita Lainnya

Index