Keluarga Merupakan Aset Pembangunan Keutuhan Bangsa

BENGKALIS (RiauInfo): Keluarga merupakan aset bangsa yang memiliki peran sangat penting dan turut menentukan keberhasilan pembangunan. Eksistensi keluarga bukan hanya objek, tetapi merupakan pelaku pembangunan. Sebagai unit sosial terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki peran strategis dalam membangun keutuhan ‘keluarga besar’, yaitu bangsa indonesia.

Demikian dijelaskan Bupati Bengkalis H Syamsurizal ketika memberikan sambutan pada acara puncak peringatan Hari Kesatuan Gerak (HGK) PKK ke-35 tingkat Kabupaten Bengkalis. Acara yang dihadiri camat, ketua, pengurus serta kader Tim Penggerak (TP) PKK se Kabupaten Bengkalis itu, dilaksanakan di Gedung Kesenian Cikpuan, Rabu (27/2). Sehubungan dengan itu, sesuai tema HKG PKK ke-35, Syamsurizal mengajak seluruh pengurus dan kader TP PKK di kabupaten berjuluk Negeri Junjungan ini untuk meningkatkan profesionalisme dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas peran keluarga sebagai subjek pembangunan. “Sesuai dengan kondisi saat ini, salah satu peran dimaksud, yaitu bagaimana agar setiap keluarga mampu menginternalisasikan nilai-nilai moral dan norma-norma sosial terhadap anak dengan baik,” harap Syamsurizal. Harapan itu disampaikannya, karena sesuai fokus gerakan yang dilakukan TP PKK, tambah Syamsurizal, menginternalisasikan nilai-nilai moral dan norma-norma sosial terhadap anak itu, merupakan bagian yang tidak terpisahkan serta sangat menentukan keberhasilan upaya pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga secara keseluruhan. “Selain itu, saat ini ada indikasi jika peran keluarga begitu lemah ketika dihadapkan dengan perubahan sosial yang begitu cepat yang berlangsung di tengah-tengah kita. Baik itu perubahan politik, ekonomi, sosial, maupun perubahan budaya,” katanya. Akibatnya, sambung bupati, dalam kehidupan sosial pun, kini mulai banyak bermunculan perilaku remaja dan anak-anak yang suka menerobos dan menyimpang dari norma-norma sosial. “Penyimpang dimaksud, disadari atau pun tidak, langsung mau pun tidak, akan menghambat setiap upaya pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga yang dilakukan,” Syamsurizal mengingatkan. Masih menurut Syamsurizal, lemahnya peran keluarga dalam membina dan membangun kehidupan anak yang lebih baik tersebut, tidak lepas dari fungsi keluarga yang selama ini yang mulai direduksi sebatas fungsi reproduksi, materialistik, kebutuhan biologis, dan status sosial semata. Sementara, fungsi-fungsi non material seperti fungsi edukatif, kontrol sosial, komunikasi, serta fungsi internalisasi nilai-nilai dan norma-norma kebajikan, tidak lagi menjadi perhatian dan prioritas. Kemudian, kata Syamsurizal, sebagai institusi sosial terkecil, keluarga merupakan fondasi dan investasi awal untuk membangun kehidupan sosial dan kehidupan bermasyarakat secara luas agar menjadi lebih baik. “Di dalam keluarga internalisasi nilai-nilai dan norma-norma sosial jauh lebih efektif dilakukan dibandingkan melalui institusi lainnya di luar keluarga. Karena dari lingkungan inilah perilaku dan kepribadian anak dibentuk. dari lingkungan keluarga ini pula anak mengawali pengenalannya terhadap nilai dan perilaku yang menjadi contoh atau diteladaninya,” ujarnya.(ad)

Berita Lainnya

Index