Kenapa Wafatnya Pak Harto Begitu Gencar Diberitakan Media Massa? (Bagian 1)

PEKANBARU (RiauInfo) - Pihak-pihak yang anti terhadap Mantan Presiden Soeharto mengkritik sikap media-media massa yang begitu gencar memberitakan kondisi Pak Harto mulai sejak dirawat di RSPP hingga wafatnya. Bahkan saat wafat, seluruh stasiun TV swasta nasional menyiarkannya secara langsung sepanjang hari.

Begitu pula dengan media cetak tidak ketinggalan. Hampir seluruh media cetak baik nasional maupun daerah menyediakan sejumlah halamannya, terutama halaman pertama, untuk memberitakan tentang wafatnya Pak Harto. Berita wafatnya Pak Harto langsung menggusur semua isu-isu penting yang terjadi di Indonesia. Media online juga tak mau ketinggalan. Seperti detik.com, beritanya sepanjang Sabtu (16/1) dan Minggu (27/1) lalu boleh dikatakan 98 persen mengenai wafatnya Pak Harto. Hampir setiap menit mereka mengup-date berita mengenai Pak Harto secara rinci dan sedetail-detailnya. Kenapa berita wafatnya Pak Harto terkesan dibesar-besarkan? Apakah ada unsur politisnya? Bagi sebagian orang yang tidak memahami dunia jurnalistik pasti akan curiga ke arah sana. Apa lagi bagi pihak-pihak yang selama ini berseberangan dengan Pak Harto yang tentunya kurang menyukai kondisi seperti ini. Namun harus diingat. Sekarang kebebasan pers boleh dikatakan jauh lebih maju dibandingkan zaman Pak Harto berkuasa dulu. Pers tidak lagi bisa dikebiri ataupun dikendalikan oleh pihak manapun. Makanya akan mustahil rasanya jika dibalik itu semua ada unsur politis untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu. Harus diakui, dunia pers saan ini selain masih mengutamakan idealisme juga mementingkan aspek bisnis. Naluri bisnis pers pasti akan cepat tanggap jika ada moment-moment besar untuk dijual kepada khalayak ramai. Naluri itu juga muncul saat Pak Harto dikabarkan meninggal dunia. Tanpa dikomendo oleh kekuasaan politik manapun juga, media massa pun bersaing menyiarkan berita tersebut ke seluruh pelosok dunia. Media elektronik seperti TV dan Radio pun menyiarkannya secara langsung. Begitu pula media online, detik per detik menyiarkan melalui wadah alam mayanya. Bahkan Harian Sore Sinar Harapan yang biasanya hari Minggu tidak terbit, pada Minggu sore (27/1) secara mengejutkan tiba-tiba terbit. Ininya ya tentang wafatnya Pak Harto itu. Berita wafatnya Pak Harto mengisi lembar demi lembar dari harian sore yang dulu semasa kekuasaan Pak Harto pernah dibredel itu. Tindakan media yang memberi porsi berlebih lebih terhadap berita wafatnya Pak Harto itu ternyata bukannya kebijaksanaan yang sia-sia. Terbukti, televisi yang nonstop memberitakan wafatnya Pak Harto ditonton puluhan juta pemirsanya. Bahkan banyak kantor pemerintah dan swasta menghentikan aktivitas karena karyawannya sibuk menyaksikan televisi. Tidak hanya orang dewasa yang pernah merasakan dipimpin oleh Pak Harto, anak-anak yang semula tidak kenal Pak Harto juga mampu nongkrong berjam-jam menonton layar TV. Ini membuktikan betapa berita tentang wafatnya Pak Harto punya nilai yang sangat tinggi untuk dijual.(Ad/bersambung)
 

Berita Lainnya

Index