Menggagas Kerjasama Indonesia-Malaysia yang Lebih Terbuka

YoGYAKARTA (RiauInfo) - Langgengnya kerjasama Indonesia dan Malaysia memang bukan sesuatu yang terberi dari langit, melainkan harus diusahakan dan diberdayakan secara terus-menerus.

Usaha menjalin kerjasama harmonis antara kedua negara yang berasal dari satu rumpun ini tentu perlu upaya maksimal dan langkah strategis-taktis dari kedua belah pihak. Dengan upaya maksimal dan langkah strategis-taktis ini, tentu hubungan harmonis yang diimpikan kedua negara tersebut bisa terwujud dan terjaga secara berkelanjutan. 

Kesimpulan inilah yang mengemuka pada rangkaian acara “Seminar Internasional: Indonesia-Malaysia Update 2008” yang bertempat di Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu (BKPBM) hari ini, Rabu (28/5). Acara ini sebenarnya merupakan hasil kerjasama dua universitas ternama dua negara, yakni antara Universitas Gadjah Mada (UGM), Indonesia dengan Universiti Malaya (UM), Malaysia. 

Rangkaian acara yang telah digelar sejak Selasa (27/5) ini telah memasuki hari kedua dengan acara yang bertajuk “Agenda Aksi: Tindak Lanjut Seminar dan Penjajagan Kerjasama dengan Potential Partner”. Sedangkan pada hari ketiga [Kamis (29/3)] keseluruhan acara akan ditutup dengan agenda kunjungan lapangan ke tempat-tempat wisata di Jawa Tengah dan Yogyakarta, seperti Borobudur, Sendratari Ramayana di kawasan Candi Prambanan, dan lain-lain. 

Pembicara yang hadir pada hari kedua ini adalah Mahyudin Al Mudra, S.H, M.M. (Pemangku Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu/Pemimpin MelayuOnline.com), Prof. Dr. Mohtar Masoed (Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UGM), Drs. H. Mulyono (Wakil Bupati Kulon Progo), dan Hari Dendi (Budayawan Yogyakarta).

Dalam paparan awalnya, Muhtar Masoed, selaku pembicara pertama, mengemukakan tentang peran strategis seminar “Indonesia-Malaysia Update 2008” ini dalam rangka menjalin kerjasama Indonesia—Malaysia yang lebih terbuka. 

Seminar ini, lanjut Dekan Fisipol UGM ini, dapat memperluas kesepahaman, baik dalam lapangan kerjasama ekonomi, budaya, penelitian, dan informasi, antara kedua belah negara. Selain itu, Masoed juga menyitir kemungkinan kerjasama penelitian yang mungkin bisa menjadi stimulus pemahaman kebudayaan antar keduanya yang sama-sama berasal dari rumpun Melayu ini.

Pembicara lain Mahyudin Al Mudra, selaku tuan rumah acara, mengemukakan bahwa problem relasi Malaysia dan Indonesia yang semakin memburuk akhir-akhir ini sebenarnya muncul dari paradigma sempit dan tertutup dari kedua negara yang sebenarnya mempunyai akar yang sama, yakni rumpun Melayu. 

Kesamaan identitas ini sebenarnya bisa menjadi bekal yang kaya untuk mempererat hubungan kedua negara menjadi lebih baik. Namun, pada praktiknya, justru kedua negara ini mempunyai hubungan yang kurang harmonis. 

“Ketidakharmonisan kedua negara dikarenakan cara pandang sempit dan tertutup tentang konsep dan defenisi Melayu itu sendiri. Melayu selama ini sering dimengerti sebagai identitas budaya yang mengacu pada ras, bahasa, agama, dan geografis tertentu. Oleh karena itu, perlu ada upaya redefenisi terhadap konsep Melayu yang lebih inklusif dan akomodatif. Tidak tertutup dan reduktif seperti sekarang in”, tegas Mahyudin.

Lebih lanjut, ia menjelaskan “Dengan pemahaman baru tentang konsep Melayu ini hubungan Indonesia—Malaysia dapat diupayakan secara maksimal melalui kerjasama strategis-taktis, baik di bidang ekonomi, budaya, maupun pengetahuan, secara lebih terbuka”.

Sedangkan pembicara lainnya, Hari Dendi, dan Mulyono, lebih menekankan pada aspek hubungan wisata antara masyarakat Indonesia dan Malaysia. Mereka memandang perlunya mengenalkan salah satu daerah di Yogyakarta, yakni Kulon Progo, kepada masyarakat Malaysia. Dengan pemaparan kondisi geografis, potensi ekonomi, dan wisatanya, diharapkan para wisatawan Malaysia semakin mengenal daerah-daerah di Indonesia secara lebih dekat.

Di akhir pertemuan, kedua pihak telah bersepakat untuk menindaklanjuti pertemuan serupa pada Mei 2009 di Kuala Lumpur. Hal itu ditegaskan oleh Dr. Bambang Purwoko sebagai bukti keseriusan kedua pihak untuk membangun kerjasama yang kokoh antara Indonesia dan Malaysia melalui kesamaan latar belakang budaya.(ad/rls)

Berita Lainnya

Index