Riau Tower, Sebuah Mercusuar tak bernyawa Oleh: Idral Amri (Kuala Lumpur)

Maraknya berita pendirian Riau Tower di Jakarta, membuat gerah sebahagian rakyat Riau, yang dianggap membuat proyek yang tidak pro investasi, tidak pro rakyat dan juga tidak pro daerah, dimana letak putra daerah dan otonomi daerah apalagi otonomi khusus yang dilaung-laungkan selama ini, semua diskusi, pembahasan dan kupasan mengenai otonomi khusus tidak lebih layaknya bak mengupas bawang, semakin dikupas semakin tipis, semakin kecil kemudian habis, yang terakhir tinggal angin, yang memedihkan mata, alias omong kosong dan menyakitkan.
Kalau kita tinjau sedikit, beberapa parameter kualitas hidup di Riau, berdasarkan statistik BKKBNdiperoleh tingkat kemiskinan di Riau adalah sebesar 40.05% pada tahun 2002, masih sangat tinggi, tingkat pendidikan yang masih rendah berdasarkan data pemerintah Riau tahun 2002 (data terakhir yang tersedia) diperoleh Angka Partisipasi Sekolah (APS) untuk usia 15-18 tahun hanya sebesar 54.22%, tercatat secara nasional riau adalah peringkat teratas gizi buruk nasional (Tabrani, July 2006) dengan persentase 12.7% (Riau Pos, 19/7/06) angka pengangguran masih cukup tinggi, akan sangat logis rakyat mempertanyakan apa sebetulnya motivasi pendirian Riau Tower, apakah hanya sebagai mercusuar, biar Riau kelihatan mentereng oleh daerah lain, ataukah memang sarana pembangunan untuk meningkatkan PAD daerah, kita coba berhitung berapa banyak dana yang dikeluarkan untuk pembangunan Riau Tower itu, walaupun katanya berasal dari Bank Dubai, kalau memang dana itu digunakan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat, terutama memberikan lapangan pekerjaan untuk masyarakat yang dijerat kemiskinan, sangat banyak proyek-proyek yang pro rakyat, pro daerah bisa direalisasikan di Riau, seperti peningkatan infrastruktur jalan, rehabilitasi sungai-sungai utama di Riau yang sudah sudah sangat tercemar dan rawan banjir, revitalisasi sistem pendidikan, yang notabene merupakan Visi Riau 2020, sebagai pusat budaya melayu di Asia Tenggara. Kedepan kita harapkan ada rencana kongkrit pemerintah yang mengutamakan pembangunan yang pro rakyat, pro daerah, jangan pernah berbalik kemasa lalu, dengan tampilan yang baru, atau dengan kata lain sentralisasi berwajah baru, bukankah para wakil rakyat, mahasiswa dan rakyat telah berjuang menumbangkan system sentralisasi, menjadi desentralisasi, yang bermakna pembangunan kedepan harus berorientasi kepada daerah, bukan pusat? Dengan mendirikan Riau Tower di Jakarta menggunakan dana daerah, jelas sangat berbeda dengan konsep desentralisasi yang dimaksud dan bahkan akan menjadi bumerang dan kesan negative bahwa daerah kita tidak menarik untuk investasi, karena pemerintah daerah kita sendiri malah investasi di daerah lain berarti daerah lain, jauh lebih menarik dibandingkan Riau, maka ini akan memberikan image bahwa Riau bukan daerah yang pro investasi, bagaimana kita menggalakkan investor untuk datang ke tempat kita, dana kita yang ada saja kita investasikan di daerah lain, bukan menarik dana untuk masuk tapi mengeluarkan dana untuk daerah lain, sungguh ironis bukan...? Ada beberapa proyek strategis, yang dimungkinkan untuk menggantikan pembangunan Riau Tower itu, seperti pembangunan Jalan Tol Pekanbaru-Dumai, terutama didukung telah dijadikannya Dumai sebagai daerah KEK (Kawasan Ekonomi Khusus) dan telah adanya dua investor kakap yang memulai usahanya, seperti PT. Emeral Energy penghasil bio diesel, sharing production untuk pembuatan minyak pelumas sintetis antara Perminyakan Korea Selatan dengan Pertamina, sepatutnya kegiatan-kegiatan ini, betul-betul didukung oleh pemerintah daerah secara baik, apalagi ada rencana menjadikan Dumai sebagai pelabuhan berkelas dunia, itu harusnya menjadi perhatian utama Pemerintah Daerah, dan sekali lagi penyakit yang paling kronis di negara kita ini adalah, lamanya perizinan mendapatkan usaha, bandingkan dengan Singapura yang hanya butuh satu minggu, Malaysia satu bulan, kita 104 hari, lebih dari tiga bulan, sepertinya konsep bisnis yang dianggap paling ampuh oleh orang barat belum bisa kita terima secara baik, dimana letak “Time is Money” bukankah bisnis itu adalah waktu, waktu adalah uang, siapa yang memberikan pelayanan yang baik dengan waktu yang cepat maka dialah pemenang dalam merebut pasar investasi di regional Asia Tenggara, siapa yang masih menganggap waktu bukan sesuatu yang penting, lihatlah sekarang saja dari pertimbangan kenyaman berinvestasi ternyata kita jauh tertinggal dari Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan berdasarkan dataDoing Business 2007 International Finance Corporation beberapa negara di Asia, tentang negara yang menarik dan nyaman untuk ber-investasi kita ternyata berada pada urutan 135 jauh dibawah Vietnam yang pada posisi urut 104. Pembuatan jalan Tol Pekanbaru-Dumai, saya kira harus merupakan program prioritas dari pemerintah daerah, terutama dalam rangka menopang program Dumai sebagai daerah KEK, akan banyak lalu lintas orang, barang dan jasa dari dan ke Dumai, supaya aksesnya lebih cepat, dan pertimbangan lain yang lebih strategik juga perlu ditumpukan pada pengembangan dan penataan empat (4) sungai utama yang membelah Riau, sebut saja sungai rokan, sungai siak, sungai kampar, dan sungai indragiri-kuantan, terutama pasca banjir, harus ada usaha-usaha yang signifikan untuk mengantisipasi agar kejadian itu tidak berulang pada masa yang akan datang. Melihat pentingnya sungai siak yang menjadi denyut nadi ekonomi masyarakat di Riau, perlu kiranya dipikirkan bagaimana menata dan mengembalikan fungsi sungai siak sebagai sungai produksi aqua-kulture, mengingat sungai yang sudah kotor, terjadi pendangkalan sungai secara signifikan, abrasi di sepanjang bibir sungai, sehingga mungkin salah satu penyebab banjir yang baru-baru ini melanda Pekanbaru, terutama penduduk penduduk disekitar sungai, serta tempat lalu-lalang penyeludupan barang, kayu dan orang, yang menimbulkan kerugian yang tidak sedikit buat pemerintah daerah, belum lagi kayu-nya yang dicuri, hutan yang gundul, begitu banyak penyeludupan yang terjadi disepanjang sungai, yang diperparah lagi tidak adanya polisi air di sepanjang sungai siak yang berfungsi mengontrol keamanan dan menjamin tidak adanya penyeludupan di sepanjang sungai. Untuk itu sudah sepatutnya pemerintah daerah mengalihkan semua transportasi antar negara hanya sampai di pelabuhan dumai, seterusnya system transportasi yang digunakan menggunakan transportasi darat, dan sungai dialih fungsikan kembali menjadi sungai produksi untuk berbagai kehidupan aqua culture, peternakan ikan, yang akan menambah penghasilan penduduk, baik dari produksi ikan, pembuatan tambak, industri pellet ikan dan berbagai ikutan ekonomi lainnya dan pada waktu yang sama disusun ulang rencana induk pengembangan sungai siak, dan tiga sungai besar lainnya sebagai sebuah sungai wisata dan mungkin juga sebagai sarana transportasi yang nantiknya, yang akan menjadikan keunikan riau sebagai sebuah tujuan wisata dunia. Berbagai acara tahunan, musiman bisa dipersembahkan untuk para pengunjung, sehingga sungai menjadi aset daerah yang menjanjikan. Untuk mengurangi pengangguran dan kebodohan, dunia pendidikan seharusnya mulai menjadi tumpuan perhatian juga, sebagaimana Visi Riau sebagai pusat tamaddun melayu di Asia Tenggara, penataan pendidikan perlu dipercepat tidak hanya pembangunan fisik semata, tapi pengisian soft skill tenaga pengajar, yang berterusan, sehingga menghasilkan sumber daya manusia yang berkaliber dunia, jangan pernah alergi dengan kemasukan tenaga pendidik yang berkualitas, kalau perlu setiap sekolah mempunyai tenaga pendidik yang berdedikasi, profesional dan mempunyai prestasi baik ditingkat nasional maupun international, diberikan insentif lebih untuk mengajar di daerah riau. Peningkatan kualitas pendidikan ditingkat menengah dan dasar, tidak akan banyak memberikan perubahan signifikan kepada peningkatan sumber daya manusia riau secara keseluruhan, kalau universitas yang ada di riau juga tidak digesa untuk berbenah maju, mulai dari infrastruktur, tenaga dosen, perpustakaannya harus memiliki kualitas nomor satu, ada banyak cara yang bisa dilakukan, salah satunya mulai memikirkan ulang system beasiswa yang selama ini dibayarkan pemda baik untuk perorangan, maupun institusi, ada baiknya beasiswa itu digunakan untuk peningkatan kualitas pendidikan tinggi negeri di riau, seperti kemungkinan dana itu bisa dialokasikan untuk mengembangkan infrastruktur, perpustakaan dan menyewa tenaga dosen yang berkelas dunia, baik dari dalam maupun luar negeri, sehingga diharapkan dengan kehadiran dosen itu di universitas kita, bisa membantu dalam pembukaan program Master dan Doktor, yang seterusnya beasiswa yang biasa diberikan, bisa dialihkan ke universitas tersebut, artinya perputaran duit pemda akan berada di Riau, dan secara bertahap kualitas universitas bisa kita tingkatkan, ini bukan berarti menutup sama sekali beasiswa ke luar negeri, untuk beasiswa keluar negeri, sebaiknya betul-betul diseleksi yang benar-benar mampu, dan tidak hanya dikirim ke universitas-universitas biasa, tapi dikirim ke universitas-universitas terbaik di dunia, sehingga dengan demikian dana pemda yang dikeluarkan untuk pengembangan sumber daya manusia, betul-betul dimanfaatkan secara fokus, terarah dan diharapkan sesuai dengan harapan visi riau 2020, seperti bagaimana suksesnya Australia memburu mahasiswa ke seluruh dunia dan menjadi sumber dividen ke 3 bagi negara mereka (Ki Supriyoko, 2007), tentu langkah–langkah positif yang menuju kearah itu belum terlambat, asal ada komitmen dan political will yang jelas, terutama dari pemegang kekuasaan. Penulis adalah anak Riau, peserta Program PhD/ Postgraduate Researcher MRU, Fac of Chem & Nat Res Eng, UTM Malaysia. Email: [email protected]
 

Berita Lainnya

Index