Tenas: Jangan Ada Dendam, Eratkan Persatuan dan Kesatuan

PEKANBARU (RiauInfo) - Sejumlah Tokoh Masyarakat Riau berharap, dengan keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) itu, dapat menyelesaikan masalah Pilkada di Pekanbaru. Namun yang paling penting, mewujudkan kembali rasa persatuan dan kesatuan, tanpa ada rasa dendam kesumat. "Kita bersyukur dengan adanya putusan MK ini, masalah Pilkada ini dapat diselesaikan dengan arif dan bijak. Saling menghormati pada hukum yang berlaku. Yang perlu kita sikapi adalah, kearifan semua pihak, menghadapi keputusan ini,"ungkap salah seorang Tokoh Masyarakat dan Budayawan Riau, H Tenas Effendy, Jumat (13/1) di Pekanbaru. Tennas mengatakan, semua pihaknya hendaknya dapat menerima keputusan ini dengan dada yang lapang. Dengan harapan, semoga ke depan apa yang terjadi selama ini, akan menjadi pengalaman yang berharga. "Saya juga menghimbau, kepada pihak-pihak yang dimenangkan atas keputusan MK itu, mensyukuri keputusan itu dengan cara tidak berlebih-lebihan. Maksudnya, bagi yang menang maupun yang tidak menang, ambil saja hikmahnya bahwa setiap perjuangan itu pasti ada resikonya. Ada yang memuaskan, ada yang tidak. Ada yang menyenangkan, tentu ada juga yang mengecewakan," paparnya. Meski begitu lanjutnya, yang perlu disikapi yakni bagaimana ke depan Kota Pekanbaru ini nanti, akan terwujud dengan rasa aman, damai dan tertib. Semua masalah yang berlalu, kalau ada tersisa selesaikanlah dengan cara musyawarah dan mufakat. "Tetapi yang penting itu, kita terapkan kembali rasa persatuan dan kesatuan kita. Sehingga siapa pun yang memimpin Kota Pekanbaru ini, dapat memimpinnya dengan tenang, aman dan damai. Inilah kearifan budaya melayu itu seperti ini. Jadi orang tua-tua itu mengatakan, yang sudah itu sudahlah. Mari kita memandang ke depan dengan ide-ide yang penuh rasa kebersamaan. Jangan ada sak wasangka lagi. Jangan ada dendam kesumat. Dan masing-masing pihak itu, dapat bertanggungjawab bagaimana membangun Kota Pekanbaru ke depan dengan rasa penuh persaudaraan," ujarnya. Terkait aksi demo yang menghujat Gubernur Riau HM Rusli Zainal? Tenas mengaku, kalau hal itu tidak sesuai dengan budaya Melayu. Menurutnya, menyampaikan pendapat boleh saja, tetapi mestinya dengan cara santun dan tidak menghujat orang lain. "Jangan sampai mengeluarkan kata-kata yang kotor, menghujat dan segala macam itu, bukan budaya kita. Saya khawatir nanti, kalau caranya seperti itu, maksudnya akan tercapai, namun akan menimbulkan masalah-masalah lain," sebutnya. Perbuatan yang dilakukan itu sambung Tennas, tentunya akan membuat ketersinggungan bagi orang yang mendengarnya. Dan bahkan rasa ketersinggungan itu bisa meluas di kalangan masyarakat. Jadi kepada pihak manapun yang melakukan unjuk rasa, diharapkan untuk menjaga agar tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak sopan. Selain itu ungkap Tennas, dalam aksi demo jangan merusak fasilitas-fasilitas umum, seperti Tugu Zapin. Ini menunjukkan perilaku-perilaku yang tidak terpuji. Kemudian menutup jalan, sehingga menyulitkan bagi masyarakat lain yang ingin menggunakannya. "Kita berharap orang mendukung akan aksi kita itu. Tetapi jangan sampai, membuat perilaku-perilaku yang justru menimbulkan ketidak sukaan orang. Jadi lakukanlah dengan sikap santun, penuh kedewasaan dan berbicara dengan arif dan bijak,"terangnya. Senada dengan itu, Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau H Azaly Johan mengatakan, bagi yang menang tidak harus bertepuk dada. Kemudian bagi yang tidak berhasil tentu juga menerimanya dengan berlapang dada. Menurutnya, kalah atau menang bagi seorang pemimpin, jangan sampai amanah ditinggalkan dan janji dilupakan. Itu namanya tidak ikhlas. Sebagai pemimpin, hindarkankanlah tingkah dan langkah yang salah.(zas)

Berita Lainnya

Index