Hambatan terbesar Investor Asing untuk datang ke Riau, berasal dari pemerintahan dalam negeri sendiri; Sebuah Munasabah diri
Judul ini menggelitik penulis untuk merangkai kata-kata. Berdasarkan roadshow BPI yang tidak memberikan hasil yang berkesan untuk peningkatan investasi luar negeri yang ditunggu-tunggu, tidak lain berasal dari tindak tanduk dan style kepemimpinan dalam negeri yang konvensional.
Dulu mungkin orang yang disebut kaya adalah orang yang mempunyai tanah luas, uang banyak berlipat lipat disimpan dirumah, kayaknya teori ini masih melekat dekat dihati para pemimpin kita, dengan cara menyimpan dananya di SBI sebagai tindakan pengamanan asset daerah, tanpa kerja dapat bunga saweran tiap bulan dari APBN.
Mereka lupa dalam konteks global hampir tidak ada sesuatu yang bisa dirahasiakan lagi. Semuanya bisa diakses oleh siapapun yang ingin mendapatkan data dan akurasi pemanfaatan budget pemerintah disetiap rupiahnya, apa saja yang dilakukan, termasuk cara pengelolaan dana pemerintah yang dibagikan dalam APBD.
Propinsi Riau beruntung memperoleh dana APBD yang terbesar di antara propinsi lainnya di Indonesia. Ada sedikit harapan baik untuk investor maupun masyarakat, sayangnya pemerintahan daerah tidak sama kata dengan perbuatan, alias munafik, kenapa..?
Berikut penjelasannya. Para investor luar negeri bukanlah orang bodoh yang dengan manis mulut dan pandai bicara akan percaya dengan apa yang pemerintah jual untuk menarik mereka menanamkan modalnya di Riau. Yang akan mereka tanamkan adalah modal mereka yang mereka harapkan akan ada pengembalian plus keuntungan yang akan mereka perolehi.
Untuk memutuskan layak atau tidak layaknya mereka untuk berinvestasi bukan semudah membalik telapak tangan, MoU bukan merupakan jaminan, untuk mereka secara langsung membawa dollar ke Riau, tapi mereka akan mempelajari segala segi plus minus dan bahkan perkirakan terjelek sekalipun mereka perhitungkan untuk mengurangi resiko kehilangan modal, pikiran dan tenaga mereka untuk sesuatu yang masih di awan biru, jauh dilangit nan tinggi.
Pendek kata, kata munafik diatas, penulis ambil karena pemerintah Riau sendiri tidak yakin akan keuntungan yang mereka peroleh apabila menginvestasikan dana mereka di Riau sendiri.
Contoh didepan mata, Pemda Riau membangun Riau Tower di Jakarta, dana Pemda disimpan di SBI sebanyak hampir 9 trilyun rupiah. Bukti kongkrit itu telah memberikan kesan tidak menarik bagi investor luar negeri untuk berinvestasi di Riau. Bagaimana kita mau mengundang orang lain untuk berinvestasi ditempat kita, kalau kita sendiri sebagai tuan tanah tidak berani untuk berinvestasi ditempat kita sendiri.
Bahkan kita umumkan dikhalayak ramai, dengan bangganya kita katakan Riau akan punya Riau Tower di Jakarta, sebagai bentuk representasi kemegahan Riau di Jakarta. Mereka tidak sadar ribuan mata mengerling dan sebagian bibir mencibir dari seberang lautan sambil senyum kambing.
Mereka kata pemerintah Riau sangat berani dan ambisius, tapi sayang promosi yang mereka lakukan hanyalah kamuflase saja, bagaimana kita mau berinvestasi kesana, mereka yang punya daerah duit aja berinvestasinya di luar daerah mereka.
Artinya : Riau bukan merupakan tempat yang menarik untuk berinvestasi bagi orang luar karena tontonan kebodohan elit kita sendiri yang tanpa sengaja telah menelanjangi kekurangan kita kepada para peminat investasi, maka wajar saja kalau hasil dari roadshow BPI belum memberikan hasil apa-apa, karena para FDI masih wait & see.
Berharap sedikit pandangan ini, boleh menukar image dan cara pandang kita dalam mengelola daerah bertuah ini, sehingga diharapkan adanya kebijakan SATU KATA DAN PERBUATAN, sekian.
Penulis adalah anak Riau, peserta Program PhD/ Postgraduate Researcher Membrane Research Unit (MRU), Fac of Chem & Nat Res Eng, UTM Malaysia. Email: idral_amri@yahoo.com