“Sungguh banyak cara untuk mengenang dan mengenal adanya Pahlawan Nasional di suatu daerah. Apa berupa Seminar, dialog interaktif, cerdas cermat anak sekolah, sayembara penulisan Kejuangan para Pahlawan di kalangan pelajar, napak tilas, pemberian nama Jalan dan gedung gedung penting, sampai ke pada peringatan Hari Pahlawan Nasional (HPN) itu sendiri yang diperingati setiap tanggal 10 November, baik tingkat provinsi maupun Kabupaten/Kota .
Kantor Gubernur Jabar di Bandung, mereka beri nama Gedung Sate, yang sulit bagi orang luar Jabar untuk memaknai nama itu. Sementara nilai Heroik Tuanku Imam Bonjol diabadikan sebagai nama Stadion Olahraga di Padang Sumatera Barat.
Tapi bagaimana di Provinsi Riau. ”Gedung Guru yang belum lama ini diresmikan oleh presiden SBY, gelanggang remaja yang dipersiapkan menyambut PON 2012, serta Kantor Gubri yang baru dan spektakular, apakah akan dibiarkan tanpa jatidiri, tanpa nama dan arti yang punya makna dan marwah??"
Katakanlah “Napak Tilas“, sedot APBD jauh lebih kecil daripada Studi-Banding ke Luarnegeri. Objek studi dan satuan pembanding, indikatornya tak jelas. Alih alih, arang habis, besi binasa. Dengan napak tilas, kita lebih mengenal diri kita sendiri. Bukan menari di ujung ladang orang”. (oleh: Dr H Ekmal Rusdy)
Dr H Ekmal Rusdy: penulis dan ahli waris penulis sejarah perjuangan Tuanku Tambusai, pernah berburu data Perjuangan Tuanku Tambusai ke Belanda, Malaysia dan Museum Gadjah Jakarta bersama ayahanda alm H MAHIDIN SAID